Rabu, 11 April 2012
Asmaradana - Goenawan Mohammad
Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada kemuning.
Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti, yang jauh..
Tapi di antara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata.
Ia ucapkan perpisahan itu. Ia melihat peta, nasib, perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.
Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara, ia tak
akan mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba, karena ia tak berani lagi.
Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.
Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku,
kulupakan wajahmu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar