Rabu, 11 April 2012

Asmaradana - Goenawan Mohammad

Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti, yang jauh.. Tapi di antara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata. Ia ucapkan perpisahan itu. Ia melihat peta, nasib, perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan. Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara, ia tak akan mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba, karena ia tak berani lagi. Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu. Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku, kulupakan wajahmu.

Minggu, 08 April 2012

tentang tujuan..

ada orang yang menghabiskan waktunya di Mekah. ada orang yang menghabiskan waktunya di Miraza. tapi aku ingin menghabiskan waktuku di sisimu sayangku. bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu. atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mandala wangi... ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danau. ada bayi-bayi yang lapar di Biafra. tapi aku ingin mati di sisimu manisku setelah kita bosan hidup dan bertanya-tanya tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu... mari sini sayangku, kalian yang pernah mesra, yang pernah baik kepadaku, tegaklah ke langit atau awan yang mendung.. kita tak pernah menananm apa-apa.. kita tak pernah kehilangan apa-apa..

MENANAM KENTANG DI UDARAA ^^

AEROPONIK KENTANG I. PENDAHULUAN Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang saat ini telah menjadi bahan pangan alternatif, sebagai sumber karbohidrat yang kaya protein untuk menunjang program diversifikasi pangan. Tanaman Kentang menghendaki iklim yang ideal dengan suhu rata-rata harian 18 - 24°C, dengan kelembaban 70 – 90%, kombinasi suhu rendah dengan penyinaran matahari yang relative pendek dapat berpengaruh baik terhadap pembentukan dan perkembangan umbi kentang. Data dari Departemen Pertanian menunjukkan, kebutuhan benih kentang nasional setiap tahun mencapai 120.000 ton untuk total lahan seluas 80.000 hektar, sedangkan tingkat pemenuhan benih bersertifikat baru mencapai 4,9 persen (Kompas,2008). Apabila teknik pembenihan masih tetap memakai cara konvensional yang rendah produktivitas dan rentan hama, pemenuhan kebutuhan benih kentang nasional tersebut bisa-bisa selamanya akan bergantung pada impor. Usahatani kentang sudah demikian komersil, yang dicirikan dengan sebagian besar bahkan seluruh hasil produksinya dilepas untuk memenuhi permintaan pasar. Namun demikian budidaya tanaman kentang pada umumnya masih konvensional dan tradisional, sehingga produksinya masih dibawah rata-rata ±15-18 ton/ha. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi kentang adalah dengan teknik aeroponik. Budidaya kentang di udara tanpa tanah ini akan meningkatkan produksi kentang juga akan menambah nilai jual kentang karena kentang yang dihasilkan bersih dan tidak mengunakan herbisida. II. PEMBAHASAN Kentang merupakan salah satu jenis tanaman umbi yang dapat dibudidayakan dengan hidroponik. Kentang dapat dibudidayakan secara hidroponik dengan teknik substrat maupun NFT. Tetapi apabila dibudidayakan dengan substrat, pengontrolan pertumbuhan umbi maupun pengontrolan terhadap hama penyakit akan lebih sulit dilakukan. Selain itu, kentang memerlukan ruang yang luas untuk pertumbuhan akar dan umbinya didalam tanah sehingga jika menggunakan teknik substrat akan memerlukan substrat yang banyak dan nutrisi yang lebih banyak pula. Hal itu akan menambah biaya produksi. Begitu pula bila menggunakan teknik NFT dimana pada NFT akar tanaman akan selalu berhubungan dengan air sedangkan umbi kentang tumbuh pada akar. Jika umbi mendapat banyak air maka akan terjadi plasmolisis dan keadaan umbi akan buruk. Oleh karena itu, kentang sangat cocok dibudidayakan dengan aeroponik. Aeroponik merupakan satu alternatif menumbuhkan tanaman tanpa tanah. Berbeda dengan sistem hidroponik yang menggunakan air sebagai media tanam, aeroponik menggunakan udara atau lingkungan yang berkabut sebagai media tanam. Teknik aeroponik dapat digunakan untuk berbagai jenis tanaman yaitu tanaman sayuran, buah, hias maupun umbi. Aeroponik adalah salah satu teknik dalam hidroponik yang secara harfiah, aero berarti udara, phonik artinya cara budidaya. Sehingga aeroponik dapat diartikan sebagai cara bercocok tanam di udara, atau bercocok tanam dengan system pengkabutan, dimana akar tanamannya menggantung di udara tanpa media dan kebutuhan nutrisinya dipenuhi dengan cara spraying ke akarnya. Sebagai suatu sistem penanaman dimana perkaran menggantung dalam suatu ruang berudara yang secara kontinyu maupun berkala dalam kondisi lingkungan yang jenuh dengan butiran halu/kabut sehingga pemakaian nutrisi akan lebih efisien. Kondisi tersebut akan menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi dari akar sangat optimal sehingga memungkinkan tanaman tumbuh optimal. Untuk membentuk semprotan yang halus dapat digunakan mist jet nozzle sehingga larutan nutrisi yang digunakan sangat hemat. A. Budidaya Kentang Aeroponik Tanaman Kentang menghendaki iklim yang ideal dengan suhu rata-rata harian 18 - 24°C, dengan kelembapan 70 – 90%, sedangkan sinar matahari 15 s/d 18°C. Kombinasi suhu rendah dengan penyinaran matahari yang relatif pendek dapat berpengaruh baik terhadap pembentukan dan perkembangan umbi kentang. Kelembapan berpengaruh terhadap evapotranspirasi yaitu tenaga pengisap untuk mengangkat air dan hara (nutrisi) dari akar ke tajuk tanaman. Bila kelembaban udara terlalu tinggi maka evapotranspirasi akan kecil. Kelembaban yang tinggi bisa disebabkan oleh jarak tanam yang terlalu rapat dan tajuk tanaman yang terlalu rimbun, sehingga akan mengundang penyakit cendawan. Sedangkan apabila kelembaban terlalu rendah, maka evapotranspirasi akan meningkat sehingga air akan menguap lebih banyak yang diserap oleh akar, akibatnya sel tanaman kehilangan tekanan turgor, jaringan mengkerut, dan tanaman akan menjadi layu (Gunawan, 2009). Cahaya diperlukan oleh tanaman untuk fotosintesis, disamping intensitas cahaya, lama penyinaran juga akan mempengaruhi jumlah energi matahari yang sampai ke bumi, bila intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman terlalu besar, maka gelombang cahaya yang diterima oleh daun akan berubah menjadi panas, akibatnya akan terjadi perubahan fisiologis dalam jaringan sehingga klorofil akan rusak dan warna daun menjadi kuning atau kebakar (Gunawan, 2009). 1. Persiapan Lahan Screen house dapat dibuat dengan menggunakan bahan dari bambu atau kayu, dengan beratapkan plastik UV dan berdindingkan kain kasa, sedangkan untuk kontruksi bangunan disesuaikan dengan kondisi lahan. Pembuatan instalasi untuk pertanaman dengan menggunakan bak yang terbuat dari fiberglas atau plastik lainnya yang atasnya ditutup dengan menggunakan sterofom yang terlebih dahulu sudah di lubangi. Untuk jarak lubang tanam disesuaikan dengan kebutuhan, bisa menggunakan jarak antar lubang 10 x 10 cm, 15 x 10 cm, 15 x 15 cm, 15 x 20 cm (Gunawan, 2009). Sistem aeroponik memberdayakan air dengan melalui udara (pengkabutan), oleh karenanya air pada sistem aeroponik berisi larutan nutrisi (hara) yang disemprotkan kepada akar tanaman yang menggantung. Di dalam bak tersebut terdapat saluran instalasi yang terbuat dari selang PE 16 mm dan di atas selang tersebut terdapat sprinkler dengan jarak antar sprinkler 60 – 80 cm, selebihnya ruang dalam bak tersebut hanya berupa ruang kosong. Proses pengkabutannya diawali dengan penyiapan tempat (drum 1000 ltr) yang diisi larutan hara (nutrisi), selanjutnya dialirkan ke selang PE dengan bantuan mesin pompa air, sehingga larutan tersebut akan keluar melalui sprinkler menyerupai kabut (Gunawan, 2009). 2. Persiapan Bibit Kentang Bibit yang digunakan yaitu hasil dari perbanyakan di kultur jaringan. Pembenihan melalui kultur jaringan dilakukan dengan cara mengambil bagian jaringan dari kentang, kemudian jaringan tersebut ditanam di media PDA (Potato Dectros Agar). Ketika masih dalam bentuk planlet, benih di aklimatisasi dengan menggunakan media tanaman arang sekam, selanjutnya dilakukan penyetekan, yang bertujuan untuk perbanyak tanaman dan selanjutnya dilakukan pembumbungan. Media yang digunakan yaitu media kompos yang terlebih dahulu sudah disterilkan. Setelah tanaman berumur 3 minggu setelah di bumbung atau telah memiliki 5 – 7 helai daun, maka tanaman tersebut sudah bisa di pindah ke lahan pertanaman aeroponik (screen house). Selain itu, pembibitan dapat dilakukan secara konvensional yaitu menyemaikan benih kentang pada media persemaian. Perbanyakan kentang dapat juga dilakukan dengan cara vegetatif, yaitu menggunakan umbi mikro dan stek mini. 3. Penanaman Terlebih dahulu dilakukan sortasi tanaman, selanjutnya tanaman tersebut dibuka medianya dengan hati-hati agar akar tanaman tidak putus kemudian dimasukan ke dalam larutan fungisida yang bertujuan untuk mencegah dari penyakit tanaman. Lalu masukan tanaman kentang tadi ke dalam lubang styroform dan dibiarkan tumbuh secara melayang. Kemudian ditutup dengan menggunakan rockwoll atau busa yang bertujuan selain untuk menyangga batang tanaman kentang juga sebagai pelindung batang dari sinar matahari agar tidak terbakar. Selanjutnya, akar dibiarkan menggelantung tanpa media dan di bawah akar tersedia bak berisi larutan nutrisi. Nutrisi (larutan hara) dialirkan melalui sprinkler secara otomatis selama 18 jam dalam 1 hari. Larutan hara dikabutkan melalui instalasi pipa dan sprinkler (Gunawan, 2009). 4. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman kentang pada sistem aeroponik di antaranya adalah : • Mengecek sprinkler agar larutan hara (Nutrisi) yang disemprotkan berjalan lancar; • Menyetek daun kentang yang sudah menguning dan membersihkan permukaan styroform dari daun-daun kentang yang sudah mengering; • Pemberian ajir agar tanaman kentang tidak roboh. • Mengecek suhu dan kelembaban dengan menggunakan thermohygrometer; • Mengecek kepekatan larutan hara dengan menggunakan EC dan pH meter. • Pemupukan tambahan dilakukan 1 kali dalam seminggu sedangkan pupuk yang digunakan sesuai dengan kondisi tanaman. Untuk budidaya tanaman umbi secara hidroponik, unsur K merupakan unsur yang paling banyak ditambahkan sebagai larutan nutrisi, karena: a) Konsentrasi K yang tinggi membantu kelancaran proses fotosintesis. b) Unsur K mengatur transportasi kerbohidrat ke bagian tanaman yang memerlukannya. c) Pembesaran umbi tergantung pada hidrat yang ditimbun umbi. d) Unsur K akan mengatur turgor atau tegangan sel menjadi baik sehingga akan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit cendawan. e) Hasil asimilat yang banyak akan mengisi umbi. f) Bila ingin umbi menjadi besar dan berat, unsure K harus diberikan dalam jumlah besar (Sutiyoso, 2003). Hal ini sesuai dengan kesimpulan dari penulisan disertasi bahwa formulasi NPK (10:12:16) ppm memberikan pengaruh terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman 23%, jumlah daun 30%, jumlah umbi tanaman -1 36%, bobot umbi tanaman-1 41%, diameter umbi 18 %, kandungan karbohidrat 14%, kandungan protein C 11%, ketebalan kulit umbi 11%, dan menurunkan kadar air 3%. Formulasi larutan stok (A+B) + NPK (10:12:16) ppm pada varietas atlantik meningkatkan kekerasan umbi 1% dan pada varietas granola 1,5%. • Pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan apabila tanaman tersebut terindikasi oleh serangan hama dan penyakit. 5. Pemanenan Kentang aeroponik dapat dipanen dalam jangka waktu sekitar 50 hari atau telah nampak tanda-tanda panen yaitu hampir seluruh daun kentang pertumbuhannnya menurun, yaitu paling lama 3 bulan. Tiap satu tanaman kentang rata-rata mampu menghasilkan 30 umbi kentang. Berbeda dengan hasil penanaman kentang dengan teknik konvensional yang hanya mampu menghasilkan tiga hingga lima umbi kentang per tanaman. Setiap satu umbi kentang harganya sekitar Rp 2.500,00. B. Kelebihan Budidaya Kentang Aeroponik Budidaya kentang secara aeroponik memliki beberapa keuntungan yaitu: 1. Tahan hama, bakteri dan jamur pemicu busuk daun. Hal ini karena bibit yang digunakan adalah bibit unggul dan kontrol tanaman dapat dilakukan dengan mudah dan kapan saja sehingga akan mencegah adanya serangan OPT pada kentang. 2. Ketersediaan nutrisi terjamin setiap saat sehingga pertumbuhan maksimal. Nutrisi pada aeroponik tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman kentang dan ada dibawah tanaman serta di berikan secara intens sehingga tanaman tidak kekurangan nutrisi. 3. Produksi mencapai 25 umbi tiap meristem. Kondisi lingkungan yang sesuai dengan tanaman serta ketersediaan nutrisi yang cukup sangat mendukung pertumbuhan tanaman sehingga produksi tanaman tinggi. metode arang sekam hanya mampu membiakkan lima umbi benih dari satu bakal stek, sistem aeroponik bisa menghasilkan 25-30 umbi per bakal stek. Kentang aeroponik dapat dipanen dalam jangka waktu sekitar 50 hari. Tiap satu tanaman kentang rata-rata mampu menghasilkan 30 umbi kentang. Berbeda dengan hasil penanaman kentang dengan teknik konvensional yang hanya mampu menghasilkan tiga hingga lima umbi kentang per tanaman. 4. Mengurangi ketergantungan terhadap tanah. Teknik aeroponik tidak menggunakan tanah sebagai media tanam sehingga tidak tergantung pada ketersediaan dan kesuburan tanah. 5. Hasil produksi bersih dan segar. Hasil yang diperoleh merupakan produk yang bersih (tidak memerlukan pencucian), sehat (selama proses budidaya tidak menggunakan pestisida, karena ditanam di dalam green house). Karena dipanen umur muda, daging sayur terasa lebih renyah daripada sayur hasil penanaman di tanah. 6. Waktu budidaya tidak tergantung musim. Kita bisa menanam sepanjang musim, walaupun tentu di musim hujan produktifitas relatif turun karena proses fotosintesis tidak berlangsung sempurna seperti di musim panas. 7. Tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga menjamin efisiensi tenaga kerja. C. Kekurangan Budidaya Kentang Aeroponik Budidaya kentang secara aeroponik di samping memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan yaitu investasi awal cukup mahal karena biaya peralatan dan bahan yang digunakan mahal. Selain itu butuh suplai listrik yang relatif besar. Sistem ini sangat tergantung pada listrik untuk pompa nutrisinya. Aeroponik menggunakan teknologi menengah-tinggi, sehingga pekerja yang diperlukan harus mengerti teknologi tersebut. Kelemahan utama adalah pada aspek investasi awal, namun hal tersebut bisa tertutupi dengan hasil produksi kentang yang tinggi dan harga jual yang mahal. Upaya untuk mengoptimalkan dan mengefiensikan teknologi aeroponik dapat dilakukan dengan berbagai cara : • Bak tanam dari fiberglass dapat diganti dengan bak papan, container bamboo, bak dari bata, buleng ikan, atau bak plastik yang memenuhi persyarakat panjang 4m, lebar 1m dan tinggi 0,7 m. • Tutup bak Styrofoam dapat diganti dengan sususnan papan tipis ukuran 1 x 1 m atau menggunakan anyaman bambu dan anyaman bilik bambu. • Rumah kasa dapat disederhanakan, menggunakan bahan dari bamboo, atap plastik UV dan kedap serangga. • Mesin pengalir air dan nutrisi dapat diatur waktunya sehingga tidak boros dalam penggunaan listrik (Balai Penelitian Tanaman Sayuran, 2009).

Pembentukkan Koloni dan Pembagian Kasta Semut

Semut adalah serangga sosial, dimana masing-masing koloni terdiri dari tiga kasta, yaitu raja, ratu dan pekerja. Kebiasaan makan semut agak beragam. Banyak yang bersifat karnivor, beberapa makan tumbuhan, beberapa memakan jamur dan banyak pula yang memakan cairan tumbuhan, bakal madu, embun madu dan zat-zat yang mirip lainnya. Sebagai serangga sosial, semut hidup di dalam koloni yang terdiri atas banyak individu, dari jumlah ratusan hingga ribuan. Ukuran koloni sangat bervariasi dan kebanyakan lokasinya di dalam tanah, kayu, dan di antara batu-batuan. Tugas dan fungsi setiap individu ditentukan oleh sistem kasta yang secara umum terdiri atas individu reproduktif (ratu) dan nonreproduktif (pekerja). 1) Jantan Semut jantan seringkali hanya memiliki satu peran yaitu kawin dengan ratu sehingga tidak terlihat kecuali di musim kawin. Setelah mereka telah melakukan fungsi ini, mereka mungkin meninggal. Pengorbanan seperti ini sangat sulit untuk dijelaskan. Demi kelangsungan rasnya, semut jantan rela mengikuti upacara perkawinan yang berakhir dengan kematiannya. Hal ini merupakan suatu sikap yang sulit dijelaskan dengan teori evolusi. Berdasarkan logika evolusi, setiap makhluk hidup hanya memikirkan kelangsungan hidupnya. Namun, perkawinan semut jantan dengan semut betina telah terjadi selama jutaan tahun, meskipun si pejantan mengetahui bahwa pada akhirnya ia akan mati. Satu-satunya teori yang dapat menjelaskan fenomena ini adalah bahwa semut jantan bertindak sesuai inspirasi Sang Pencipta. Jika bukan karena inspirasi ini, tidak mungkin seekor makhluk, yang katanya telah melalui tahap seleksi alam, akan mempertahankan sifat pengorbanan ini selama jutaan tahun. Berdasarkan prinsip-prinsip dasar teori evolusi, semut jantan seharusnya mencoba melepaskan diri dari "upacara kematian" ini dengan berbagai cara, meskipun berarti spesies semut akan musnah. Akan tetapi, kenyataannya ribuan spesies semut masih tetap ada di muka bumi ini dengan koloni beranggotakan ratusan ribu ekor. Tidak seekor pun semut jantan melarikan diri dari ritual yang akan mengakhiri hidupnya. 2) Betina (Ratu) Setiap koloni semut memiliki seekor betina yang subur, atau lebih dikenal dengan sebutan “ratu”. Ia diberi makan dan dirawat oleh semut pekerja, yang juga merawat larvanya. Jika masyarakatnya diganggu, semut pekerja mengangkut larva dan pupa untuk diselamatkan. Semut ratu adalah semut yang memerintah dan melarang (penentu kebijakan) dalam status kerajaan semut. Kekuasaan ini tidak dimiliki oleh semut lainnya. Dengan kata lain, ia memiliki kemuliaan, posisi managerial, dan disegani. Setelah kawin, si betina mencari sarang yang sesuai. Setelah mene-mukannya, ia masuk dan segera melepaskan sayapnya. Kemudian, ia menutup pintu masuk dan tinggal di sana sendirian tanpa makanan selama beberapa minggu. Lalu, ia bertelur. Selama masa ini, ia memakan sayapnya. Ia memberi makan larva yang baru menetas dengan air liurnya sendiri. Usaha yang memakan waktu dan tenaga ini adalah salah satu contoh pengorbanan lain. Selama sisa hidupnya, sang ratu diberi makan oleh koloninya. Setiap ratu semut memiliki bank sperma dalam tubuhnya. Ratu tunggal ini akan mengumpulkan sperma jantan sebanyak 300 juta untuk dibuahi sebelum ia mendirikan koloninya. Setelah menerima ejakulasi dari pejantan, sang ratu menyimpan sperma dalam kantung oval di dekat ujung perutnya. Dalam organ spermatheca ini, setiap sperma dinonaktifkan secara fisiologis dan disimpan dalam keadaan ini selama bertahun-tahun. Ketika kelak sang ratu mengeluarkan sperma ini ke saluran reproduksinya, baik satu-satu maupun dalam kelompok kecil, sperma diaktifkan kembali dan siap membuahi telur yang masuk ke saluran dari indung telur. Terdapat sedikitnya tiga ratu dalam satu sarang semut yang kecil. Sedangkan pada sarang yang besar bisa jadi ada lebih dari 50 ratu. Kasta ini mempunyai tubuh yang paling besar. Betina ini memulai hidupnya sebagai serangga bersayap, tetapi sayap segera dijatuhkan setelah kawin. Secara normal betina kawin hanya sekali, dan dia akan memulai merawat keturunannya. Beberapa spesies hanya mempunyai satu betina reproduktif (ratu), sedangkan lainnya bisa banyak. Biasanya betina bisa hidup lebih dari 15 tahun. 3) Pekerja Kasta ini terdiri atas betina mandul. Ciri khas semut pekerja adalah tidak memiliki sayap dan tubuhnya jauh lebih kecil dari tubuh ratu. Kelompok ini mempunyai anggota terbanyak. Tugasnya merawat dan membuat sarang, memberi makan larva dan kasta lain, merawat telur, mempertahankan koloni dari musuh dan lain-lain. Beberapa spesies mempunyai bentuk pekerja yang berbeda-beda. Pekerja besar dengan kepala yang berkembang baik seringkali disebut prajurit. Pekerja kebanyakan hidup tidak lebih dari satu tahun. Dalam hidupnya, semut-semut pekerja ini melewati dua atau beberapa tahap. Karenanya, jenis semut ini terlihat dengan dua atau beberapa bentuk yang memiliki bentuk fisik dan susunan berbeda sesuai pekerjaan yang diemban dalam berkhidmat kepada wilayah yang dikuasai komunitasnya. Seekor semut pekerja yang baru memasuki masa dewasa menghabiskan beberapa hari pertama mereka untuk merawat ratu dan semut muda. Setelah itu meningkat menjadi menggali dan pekerjaan sarang lainnya, dan kemudian mencari makan dan mempertahankan sarang. Telur semut sebagai harta karun yang paling berharga bagi koloni. Ketika semut merasakan bahaya mengancam larva, yang pertama ia lakukan adalah memindahkannya ke tempat aman. Akan tetapi, karena bayi semut mati jika berada di udara kering di luar sarang selama beberapa jam, para pekerja berusaha menjaga kelembapan udara tempat larva berada. Ada berbagai teknik yang mereka gunakan untuk hal ini. Pertama, mereka membangun sarang sedemikian rupa untuk menjaga kelembapan udara dan tanah. Selain itu, semut yang menjadi perawat bayi memindahkan semut muda naik-turun di dalam sarang untuk mencari tempat yang paling sesuai. Kebutuhan bayi semut berubah-ubah sesuai usia. Misalnya, telur dan larva membutuhkan lingkungan yang lembap, sedangkan kepompong semut harus diletakkan di lingkungan yang benar-benar kering. Para pekerja tetap melaksanakan tugasnya selama 24 jam tanpa henti untuk menyelesaikan kewajibannya. Pada beberapa spesies semut, semut pekerja bisa memiliki ukuran tubuh yang berbeda-beda, disebut pekerja minor, median, dan major. Biasanya semut yang lebih besar memiliki kepala yang tidak proporsional besarnya, dan memiliki yang lebih kuat. Semut seperti ini seringkali disebut semut “tentara” karena rahang mereka yang kuat membuat mereka lebih efektif ketika digunakan untuk bertarung dengan makhluk lainnya, namun mereka masih tetap seekor semut perkerja dan tugas mereka tidak banyak berbeda dengan pekerja minor atau median. Pada beberapa spesies semut tidak memiliki pekerja median, membuat pemisahan tegas dan perbedaan fisik yang jelas antara pekerja minor dan major. Ada semut-semut yang khusus mengemban berbagai tugas lain, seperti kebersihan, pembangunan, membuat ventilasi, memproduksi dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Tanda mencolok semut pekerja adalah adanya rahang yang relatif besar sebagai ganti belalai yang dimiliki semut tentara. Semut-semut berhidung panjang bertugas khusus mengarungi perang tradisional maupun perang kimia. Sedangkan semut-semut berahang besar spesialis menyelesaikan pekerjaan harian dan menggunakan gigi-giginya dalam perang ketika pasukan yang berperang terancam kalah. Perubahan tugas ini bisa terjadi dengan mendadak dan disebut dengan kasta sementara. Suatu teori mengapa seperti itu karena mencari makan memiliki resiko kematian yang tinggi, sehingga semut hanya berpartisipasi jika mereka sudah cukup tua dan bagaimanapun juga lebih dekat pada kematian.